Menari, dalam hidup Teuku Abuzar Akbar atau yang akrab disapa “Abuzar” bukan hanya sebuah seni, tapi juga seluruh dedikasi dan hidupnya.
Mahasiswa STIE Pasundan ini bercerita bahwa ia mulai mempelajari seni tradisi Sunda di Padepokan Giri Harja dan mendalami seni pedalangan dari umur delapan tahun.
“Tari Sunda klasik saya pelajari dari dari kakek saya, Raden Yuyu. Kemudian saya bergabung dengan sanggar Pusbitari Ibu Irawati Durban sejak usia 12 tahun sampai sekarang. Beberapa tarian yang saya pelajari adalah anjasmara , sulintang, merak, kartika puspa, Topeng koncaran, keurseus , Puspa Ligar dan lain sebagainya,” terang pemuda yang lahir di Bandung 1 April 1998 ini.
Selain itu, Tari Topeng Sunda dipelajari dari Raden Wiwin Garniwi, sedangkan Tari Topeng Losari dipelajari dari Nur’anani M Irman.
Abizar juga bercerita bahwa ia memiliki beberapa peminatan keahlian yaitu Tari Sunda klasik putra, Tari Topeng dan Tari Bali.
Ia pun tercatat pernah menjadi Juara 1 lomba Tari Topeng ITENAS Bandung tahun 2014, Juara 3 lomba tari kreasi UPI Bandung tahun 2013 dan Juara 2 lomba tari Bali Festival Tari ITB se-Jawa Sumatra tahun 2018.
Disamping itu, Abizar juga pernah menjadi Penari pemeran Sultan Ageng Tirtayasa dalam Sendratari Tirtayasa dlm acara Duta Seni Pelajar di Lampung tahun 2014, Penari tari Topeng Losari dalam acara Gatrasawala di Gedung Merdeka tahun 2015, Penari tari Kartika Puspa di Rumah Dinas Gubernur Bengkulu tahun 2017, Bergabung dalam grup gamelan sebagai Nayaga (saron) di Istana Bogor tahun 2017 serta membawakan tarian Kebyar duduk (Bali), Payung, Tempurung, Giring-giring dalam acara Tunisia Cultural Festival di Tunisia, Afrika Utara tahun 2018.
“Saya memiliki motto mengenal diri itu adalah tujuan hidup utama dan saya berharap ingin menjadi insan yang berguna bagi orang di sekitar,” terangnya yang juga hobi bermain musik gamelan.
Adapun untuk cita-cita Mahasiswa STIE Pasundan jurusan Managemen ini mengungkapkan bahwa ia ingin menjadi pemilik saham perusahan-perusahaan besar dunia, karena ia menyukai bisnis.
“Adapun sosok yang saya idolakan adalah Habiebie, karena kerja keras dan jeniusnya. Saya juga banyak terinspirasi dari nenek dan ibu saya,” tandas pemuda dengan tinggi 174 CM.
Penyuka warna biru dan penikmat pasta ini juga mengungkapkan bahwa hidup yang ia maknai adalah selalu berbuat baik dengan hati bersih dan ia juga yakin bahwa tujuan akhir manusia adalah tuhan.
“Terakhir saya juga menyampaikan untuk menyayangi orang yang kita sayang selagi masih ada, buatlah mereka bangga dan tersenyum karena kita,” pungkas anak tunggal ini menutup perbincangan.